CNNBANTEN.ID – Pengerjaan pengerukan lumpur bendungan Cijoro Pasir, Desa Rangkasbitung Timur, Kecamatan Rangkasbitung, dinilai lamban. Pasalnya, pengerjaan yang berdurasi 210 hari kalender yang menelai anggaran Rp,4,4 miliar lebih melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Banten tersebut, sudah tiga bulan terakhir belum menunjukan progres yang baik sesuai yang diharapkan.
Informasi yang dihimpun, pelaksana kegiatan yang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cidanau – Ciujung – Cidurian Provinsi Banten, dengan anggaran Rp4,416.469.700 yang dikerjakan oleh PT Alam Bangunan Insfrastruktur, waktu pelaksanaan 210 hari kalender. Pengerjaan yang dilakukan dari awal bulan Mei sampai pertengahan Agustus 2019 ini, belum menunjukan adanya progres yang diharapkan padahal sisa waktu pengerjaan tiga bulan lagi.
Toko Masyarakat Desa Rangkasbitung Timur yang juga Wakil I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lebak Yogi Rochmat mengatakan, pengerjaan ini sudah hampir empat bulan tapi progresnya belum terlihat sesuai harapan masyarakat. Artinya, pengerjaan ini dinilai lamban.”Harusnya, selama kurang lebih empat bulan ini pengerjaan sudah menujukan progres kurang lebih 70 persen. Tapi, hal itu belum terlihat sesuai harapan masyarakat,”kata Yogi kepada wartawan di lokasi, Rabu (21/8/2019).
Dengan kondisi seperti ini, Politisi Partai Golongan Karya (Golkar) tersebut meminta kepada pihak terkait untuk lebih memaksimalkan pengerjaan pengerukan bendungan cijoro pasir.”Saat musim kemarau ini pengerjaan harus bisa dimaksimalkan bahkan bisa selesai tepat waktu, ketika hujan tiba pengerjaan sudah rampung. Karena, saat turun hujan dipastikan pengerjaan akan lebih terkendala lagi,” ujarnya.
Anggran yang cukup besar seharusnya menjadi tolak ukur agar kualitas serta pengerjaan ini dikerjakan tepat waktu. Tujuannya, agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Tidak hanya itu Yogi juga meminta kepada pihak terkait untuk mengembalikan ke awal terkait kondisi pintu air di bendungan setempat.”Jika kondisi seperti ini satu pintu yang dibuka, maka ketika lumpur yang ada tidak terbawa arus. Tapi jika seperti dulu pintunya bukan permanen ketika mengalami banjir lumpur juga ikut tergerus oleh derasnya air,”terangnya.
Seorang warga yang juga penjaga pada proyek tersebut Ade mengaku, selama kurang lebih empat bulan hasil pengerjaan ini memang belum menunjukan progres yang diharapkan. Sebab, pada pelaksanaannya mengalami kendala baik dari segi waktu maupun dari alat berat tersebut.”Memang pengerjaan yang saya ketahui itu satu minggu sebelum puasa, pas bulan puasa satu bulan pul pengerjaan dihentikan. Setelah lebaran kembali dikerjakan namun terkendala alat berat yang rusak. Pengerukan baru kembali dilakukan beberapa hari terakhir setelah alat berat diganti,”pungkasnya. (Bon/Ule)