CNNBANTEN.ID – Di era modern ini banyak pengusaha yang meninggalkan kerajinan tradisional seperti anyaman bambu, namun di Kampung Leuwiloa, Desa Sudamanik, Kecematan Cimarga, Kabupaten Lebak, kerajinan anyaman bambu ini tetap dilestarikan. Mahasiswa Yang Kuliah Kerja Nyata atau KUKERTA Kelompok 66 dari UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten mengapresiasi masyarakat ‘Leuwiloa yang terus menekuni kerajinan Bambu.
Ridho Firdaus Hidayah Ketua Kelompok 66 kukerta Ia berharap pengrajin anyaman bambu tetap bertahan, meski di tengah gempuran perlengkapan rumah tangga berbahan plastik, stainless dan enamel. Menurutnya, kerajinan anyaman bambu merupakan kerajinan tangan yang menjadi ciri khas daerah.
“Harapan kita anyaman bambu ini tetap dilestarikan dan tidak tergerus oleh perkembangan zaman, buktinya masih banyak peminat kerajinan bambu ini sampai kedaerah lain,” ujar Minggu (4/8/2019).
Dijelaskan Ridho, saat ini kerajinan anyaman bambu masih tetap dilestarikan di kampung Leuwiloa saja, ia berharap pada masing-masing kampung memiliki kelompok yang melestarikan anyaman bambu. Pemerintah desa diminta memiliki inovatif terkait pemberdayaan masyarakat, khususnya kelompok seni kerajinan.
Samhudi yang masih produktif menganyam bambu ini, menjadi inovatif Kampung di era sekarang ini. Termasuk inovatif dalam melakukan pemasaran untuk kesejahteraan Keluarga dan melestarikan seni kerajinan anyaman bambu,” ujar ridho
Yuli Mahasiswi KUKERTA UIN SMH Banten mengaku bangga dengan masyarakat kampung yang masih mempertahankkan kerajinan anyaman bambu ini. Ia berharap
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait mengadakan pelatihan untuk belajar anyaman bambu, yang bertujuan ada regenerasi dari pemuda kampung atau desa, sehingga industri anyaman di kampung ini biar terkenal ke Luar Daerah.
“Padaat event – evvent tertentu kita harap dinas terkait menampilkan produk anyaman bambu ini sekaligus memfasilitasi pemasarannya,” ujar yuli mahasiswi
Sebut saja anyaman bambu untuk kebutuhan rumah tangga,seperti boboko, nyiru, ayakan, tolombong, tampir, wide, reng, jodang, cotong, cetok atau yang dikenal dengan caping, sebuah topi penutup kepala dengan ukuran besar dan lainnya, dengan mudah ditemukan di masyarakat.
Sementara Samhudi 60 thn hanya membuat boboko dan hihid atau kipas dari anyaman bambu itupun hanya di jual di kampung mereka boboko ukuran sedang Sepuluh Ribu Rupiah untuk hihid atau kipas sekitar Lima Ribu Rupiah.
Ia Berharap kepada mahasiswa yang sedang KUKERTA di sini Bisa membantu mensosialisasikan kerjinan tangan hasilnya. (Duy/ule)