CNNBANTEN.ID – Sejumlah petani sawah di Kampung Panyandungan, Desa Binong, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, harus rela mengeluarkan uang puluhan ribu untuk membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite. BBM tersebut, sebagai bahan bakar pompanisasi untuk menyedot air dalam rangka mengairi persawahannya. Hal tersebut dilakukan agar padi yang ditanaminya tetap subur dan tidak mengalami gagal panen akibat musim kemarau yang sudah dua bulan terjadi.
Salah seorang petani sawah di kampung setempat Jamhur mengatakan, pihaknya harus rela mengeluarkan uang Rp80 ribu perhari untuk membeli delapan liter Bahan Bakar Minyak (BBM). BBM tersebut, untuk mengisi sebuah mesin pompanisasi agar sawah yang ditanaminya tidak mengalami kekeringan. “Mau tidak mau pak, sekitar 800 meter persegi sawah saya terairi air maka harus membeli BBM sebagai penggerak mesin pompanisasi agar air bisa disedot. Perhari delapan liter BBM, dengan harga perliternya Rp10 ribu,” kata Jamhur, Selasa (30/7/2019).
Tidak hanya menggunakan pompanisasi kata Jamhur, pihaknya juga harus menggunakan satelit agar air bisa tersedot. Sebab, kondisi sungai Cidalumpit saat ini juga sudah mengalami kekeringan. “Artinya, selain harus mengeluarkan biaya untuk membeli BBM, saya juga harus mengeluarkan uang untuk biaya satelit dan listriknya,” ujarnya.
Saat disinggung baik pompanisasi maupun satelit tersebut itu bantuan dari pemerintah atau milik sendiri, Jamhur mengaku kedua benda sebagai penyedot air tersebut merupakan miliknya. Hal tersebut diinisiasisnya karena bantuan dari pemerintah tidak ada khususnya di kampungnya. “Kalau bantuan dari pemerintah mungkin saja sawah milik petani lainnya bisa terairi air. Seperti halnya sekarang, banyak sawah yang sudah ditanam padi banyak yang mengalami kekeringan akibat terkendali modal,” terangnya.
Saat disinggung kembali dengan modal yang dinilai cukup besar untuk menghindari gagal panen, kondisi tersebut membuat petani merugi atau tidak, Jamhur menjelaskan kalau berbicara rugi jelas rugi kalau untuk dijual. Tapi karena padi yang ditanamnya tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maka dirinya menganggap gali lobang tutup lobang alias pas – pasan antara modal dengan hasil panennya. “Rugi kalau untuk dijual mah. Intinya, agar padi saya tidak gagal panen terpaksa mengeluarkan modal lebih,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebuna (Distanbun) Lebak Dede Supriatna membenarkan, bahwa saat ini banyak sawah yang mengalami kekeringan. Namun demikian, sejauh ini dinas yang dipimoinnya terus menyalurkan pompanisasi kepada kelompok petani sawah agar sawahnya bisa terairi air. “Kita sudah berikan bantuan pompanisasi dibeberapa kelompok tani sebagai upaya untuk mencegah gagal tanam maupun gagal panen,” pungkasnya. (bon/ule)