CNNBANTEN.ID TANGERANG – Nunung, seorang Guru Bimbingan dan Konseling (BK) di salah satu SMK di Kota Tangerang terpaksa harus berurusan dengan aparat kepolisian. Bagaimana tidak, pria kelahiran 1969 yang seharusnya menjadi konseling bagi anak didiknya malah dengan bejad menjerumuskan muridnya.
Kejadian yang terungkap pihak keluarga pada bulan April lalu ini sontak membuat keluarga kaget. Bagaimana tidak, seorang anak belia ‘D’ yang seharusnya mendapat pelajaran dan bekal untuk kehidupan kedepannya malah menjadi korban kebiadaban lelaki hidung belang yang tidak lain gurunya sendiri.
Krisnawati yang merupakan orang tua dari ‘D’ amat kecewa mengetahui kejadian yang menimpa anaknya. Kata dia, Nunung yang merupakan guru BK di sekolah tempat anaknya belajar harusnya memberikan contoh yang baik.
“Saya engga terima, saya kaget mengetahui hal ini. Ko bisa buru BK malah menghancurkan masa depan muridnya sendiri,” ucap Krisna saat di hubungi.
Kata dia, kedekatan ihwal anaknya dengan Nunung diduga sudah terjadi sejak lama. Kendati demikian, hal tersebut baru mulai terbongkar beberapa waktu lalu.
“Kalau dekat saya rasa sudah lama. Tetapi kalau ketahuan baru baru ini, karena saya lihat semua chat biadab guru itu ke anak saya melalui aplikasi WA Web yang lupa di _close_ anak saya saat mereka tour,” ujarnya.
Saat itu, lanjut Krisna, anaknya tengah pergi mengikuti kegiatan perpisahan yang diadakan pihak sekolah SMK 1 Kota Tangerang di Jogja. Namun begitu saat melihat laptop yang dimiliki anaknya Krisna mengaku penasaran dan membukanya.
“Saya lihat aplikasi WA Web nya masih _login_ dan saya buka untuk mengetahui lingkup anak saya saja. Tetapi saat saya buka saya benar benar kaget dan tidak menyangka karena ada salah seorang gurunya sendiri yang memang menurut saya sudah tidak wajar berhubungan dengan anak saya,” ucap Krisna.
Terlebih lagi, kata dia, di dalam percakapan tersebut Nunung mengeluarkan bujug rayunya dan mengirim gambar tidak senonoh kepada anaknya. Gambar peragaan pornografi itu dikirim Nunung sebagai upaya ajakan ke ‘D’ agar mau mempraktekannya.
“Saya langsung telfon guru yang satu bus dengan anak saya agar melarang saya mendekat kepada Pak Nunung. Saya khawatir sekali dengan anak saya dan konsultasi dengan pihak berwajib,” ujarnya.
Setelah menemukan bukti bukti dan mencetak rekam jejak percakapan anaknya dengan Nunung, akhirnya Krisna mengaku hendak memperkarakan masalah ini ke ranah hukum. Saat itu, Krisna yang membawa bukti bersama dengan anggota kepolisian menunggu kepulangan rombongan bus perpisahan sekolah tersebut.
“Akhirnya bus tiba. Saya bawa anak saya ke satu ruangan untuk menanyakan kebenaran kejadian ini. Awalnya dia memang mengelak, tetapi setelah saya beri arahan akhirnya dia mengaku dan benar mereka telah berhubungan intim beberapa kali. Sakit hati saya mendengar ini,” ujarnya.
Meski begitu, dia melanjutkan, dihadapan anaknya Krisna berupaya untuk tegar dan melanjutkan proses. Saat itu Krisna meminta anggota kepolisian yang ia bawa untuk menanyakan ihwal kebenaran hal tersebut pada yang bersangkutan.
“Saat itu dia (Nunung) di interogasi dan sempat tidak mengaku dan mengelak. Tetapi setelah dibuka bukti bukti akhirnya dia mengakui perbuatan bejadnya itu,” ucapnya.
Mengetahui hal itu, kata Krisna, dirinya langsung menggiring yang bersangkutan ke Mapolres Metro Tangerang untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Kendati begitu, setelah diperiksa, rupanya kejadian tersebut lebih banyak terjadi di wilayah hukum Polres Kota Tangsel. Tak heran jika Nunung kembali digiring ke Polres Kota Tangsel.
“Karena kejadian itu banyak terjadi di Tangsel kami bawa kesana dan diperiksa pihak berwajib. Saat itu laporan kami diterima, dan kami masih menunggu lanjutan nya,” ucapnya.
Kendati begitu dia mengaku heran dengan pihak sekolah tempat anaknya belajar. Pasalnya atas kejadian ini, tidak ada upaya baik pihak sekolah menemui keluarga maupun sang anak.
“Sekolah bukannya minta maaf dan datangi kami malah memberikan guru itu pengacara. Kami kecewa karena rupanya sekolah tidak lain adalah sarang penyamun. Malah berusaha menawarkan pengacara kepada guru bejat itu.Pihak sekolah tidak memperlihatkan empati atau perhatian ke siswa yang jadi korban malah lebih berpihak ke si pelaku,” tukasnya.
Saat di konfirmasi, Kasat Reskrim Polres Kota Tangsel AKP Alexander membenarkan ihwal adanya laporan tersebut. “Proses penyidikan masih berjalan, belum tentu yang dilaporkan benar. Biarkan fakta hukum oleh penyelidik dicari dan digali,” tegas Alex. (Tagor)