CNNBanten.id – Dinamika Politik Tangsel menuju Pilkada 2020 menghangat sepekan terakhir. Mulai dari dukungan Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Aljufri kepada pasangan Siti Nur Azizah Maruf-Ruhamaben dan yang terbaru adalah rekomendasi Prabowo dan Gerindra terhadap pasangan Muhamad-Rahayu Saraswati.
Direktur Pusat Kajian Kebijakan Daerah (PUKKAD) Kota Tangsel Nabil Ahmad Fauzi mengatakan, sejauh ini, terbentuk tiga pasang kandidat bakal calon Walikota dan Wakil Walikota yang akan berkontestasi di Tangsel, yakni Benyamin-Pilar dicalonkan oleh Partai Golkar, Siti Nur Azizah Maruf-Ruhamaben dicalonkan PKS-Demokrat, dan Muhamad-Rahayu Saraswati dicalonkan oleh PDIP-Gerindra.
Saat ini, tersisa PKB, PSI, PAN dan Hanura sabagai pemilik kursi DPRD yang masih ditunggu untuk memberi rekomendasi dukungan resmi terhadap salah satu paslon yang ada. Atau bisa jadi akan membentuk poros baru, meski kecil kemungkinannya.
“Ketiga poros paslon yang terbentuk (sampai dengan saat ini-red) memberikan keseimbangan terhadap konstelasi politik yang ada. Paling tidak dari aspek bobot calon dan parpol,” kata Nabil kepada cnnbanten.id, Selasa (21/7/2020).
Dia menambahkan, bahwa calon yang ada dikategorikan dalam 2 kluster, yakni politisi/birokrat lokal berpengalaman dan respresentasi dinasti politik. Sosok Benyamin, Muhamad dan Ruhamaben mewakili kluster pertama. Sedangkan Pilar, Rahayu dan Azizah merepresentasikan dinasti politik lokal/nasional. Pilar mewakili dinasti Tb Chasan Socib (Rau) yg notabene dinasti politik terkuat di Banten. Rahayu Saraswati yg keponakan Prabowo meneruskan trah Djojohadikusumo, dan Azizah yg merepresentasikan sang Ayah Wapres KH. Maruf Amin. Suka tidak suka, inilah pilihan yang tersedia bagi warga Tangsel sampai saat ini.
Sementara, adapun dari aspek parpol, sebaran dukungan kepada paslon merepresentasikan wajah politik lokal yang erat dipengaruhi oleh konstelasi politik nasional dalam kadar yang berbeda-beda. Sejauh ini, Golkar masih jomblo dalam mengusung Benyamin-Pilar. Bisa jadi karena sangat percaya diri atau mungkin karena masih belum berhasil mendapat rekan koalisi. Koalisi PDIP-Gerindra mewujudkan kebijakan politik nasional keduanya utk membangun koalisi besar se Indonesia di Pilkada 2020. Sementara PKS-Demokrat menjadi wajah kaum oposan dalam politik nasional di tingkat lokal.
Salah satu poin menarik dari paslon yang ada di Tangsel sejauh ini adalah betapa Pilkada di daerah-daerah strategis menjadi makin sulit dalam jangkauan kader parpol lokal. Hanya PKS yg mampu mengusung kader lokalnya (Ruhamaben) untuk berkontestasi. Sementara parpol lain harus mendukung birokrat karir Tangsel atau sosok politisi wakil dinasti yg bukan dari Tangsel.
Membaca konstelasi pertarungan ke depan akan masih sulit untuk diprediksi, karena pendaftaran paslon pun masih jauh, awal September. Masih mungkin akan terjadi dinamika menarik sampai dengan pendaftaran paslon. Kasus Pilkada DKI dan Jabar salah satunya yang ditentukan oleh dinamika last minutes.
Nabil menjelaskan, paling tidak, sebagai awal dapat secara ringkas dipetakan sebagai berikut:
1. Paslon Benyamin-Pilar dan Muhamad-Rahayu akan banyak bertarung menggunakan dan di dalam jaringan birokrasi. Sebagai Wakil Walikota dan dukungan Airin yang masih menjabat, birokrasi akan menjadi sarana bagi Benyamin-Pilar. Ranah ini akan diperebutkan juga oleh Muhamad sebagai Sekda yang Birokrat tulen putra asli daerah Tangsel. Dan dinamika itu sudah terasa di permukaan.
2. Yang bisa menjadi nilai plus sekaligus “kelemahan” paslon Muhamad adalah calon wakilnya Rahayu Saraswati yang Non-Muslim. Di satu sisi menjadi nilai plus utk masuk ke kalangan Non-Muslim di Tangsel yang signifikan. Akan tetapi bisa jadi justru akan menggerus dukungan dari orang asli Tangsel pendukung Muhamad.
3. Sementara paslon Azizah- Ruhamaben bisa mengkonsolidasikan keluarga besar NU dan Alumni 212 serta ditopang oleh militansi mesin PKS.
“Itulah gambaran singkat takdir politik Tangsel sejauh ini. Hal ini menegaskan bahwa sejatinya politik tidak berjalan di dalam realitas yg ideal, justru bagaimana menerima yang tidak ideal ini dan mengubahnya menjadi keunggula politik. Jadi kalau sekarang kita lagi rame politik dinasti karena Gibran maju di Pilkada Solo, yah orang Solo masih mending hanya 1 dinasti. Orang Tangsel malah langsung 3 dinasti. Jadi, ya dibawa Santuy aja,” tutupnya. (aul)